Sudah 11 tahun suami tidak berlebaran bersama orangtuanya. Banyak hal menjadi pertimbangan. Sudah dua tahun ini, kami ingin telah melalui lebaran dengan suasana berbeda, lebaran di Medan.
Kendala biaya memang menjadi pertimbangan buat kami yang ditakdirkan berjodoh dengan pasangan yang berasal dari dua pulau berbeda. Saya dari Jawa Timur, sedangkan suami dari Medan, Sumatera Utara. Kemudian kami menetap di Bogor. Sejak menikah, kami ke Medan justru bukan saat lebaran. Sebagaimana kita tahu, tiket kendaraan baik darat, laut apalagi udara harganya melambung di saat liburan menjelang dan sesudah hari raya. Dengan dua anak saat ini, biaya mudik ke Medan di hari raya tidak sedikit. Dengan pertimbangan itu, kami memilih mudik Medan justru di luar hari raya, di saat harga tiket pesawat sedang normal. Itupun bukan berarti benar-benar murah. Tetap saja butuh biaya besar untuk satu kali mudik.
Maka sejak tahun lalu saya tekatkan, untuk dapat berlebaran bersama orangtua tahun ini. Kami mengambil cuti panjang untuk lebaran di Medan. Rasanya rugi jika biaya mudik yang besar tidak diimbangi dengan waktu mudik yang panjang.
Selain itu, saya ingin lebaran benar-benar istimewa. Kapan lagi bisa menyenangkan hati orangtua secara langsung jika tidak saat bertemu seperti ini. Saya tahu, kebahagiaan kakek dan nenek adalah saat melihat cucu-cucunya gembira. Karena itu, saya telah mempersiapkan liburan lebaran yang berkesan untuk kami semua.
Ke Pantai.
Lebaran berkesan? Apalagi kalau bukan liburan. Ya, liburan keluarga! Mengingat orangtua fisiknya tidak terlalu kuat berjalan jauh, maka kami liburan santai di pantai. Nikmat sekali bisa makan siang di pantai dengan sajian kepiting dan udang langsung dari hasil tangkapan Nelayan. Sementara itu anak-anak bermain pasir sambil tertawa-tawa.
Rumah mertua saya di desa Pematang Sijonam, Serdang Bedagai, dekat dengan Pantai Cermin, Pantai Kuala Putri dan beberapa pantai lainnya. Pantai yang sering kami kunjungi adalah Pantai Kuala Putri, karena Abah - Kakeknya anak-anak- sudah punya langganan pemilik saung yang enak masakannya. Kami memesan kepiting, ikan kakap dan udang. Ibu mertua sudah membawa nasi rantang dari rumah, jadi tinggal beli lauknya saja.
Suara tawa cucu menghangatkan hati kakek-neneknya. Lebih dari itu, inilah kesempatan kami sebagai anak bisa mengobrol dengan orangtua. Senang rasanya bisa mendengar keluh kesah maupun kabar gembira dari mereka secara langsung. Bisa melihat ekspresi mereka saat bercerita adalah hal yang tidak bisa kami lakukan hanya melalui telepon.
Masjid Raya Medan
Daei luar masjid ini tampak cantik dan megah. Sayangnya, ketika masuk ke dalamnya tidak seindah kesan semula. Sebagai sebuah masjid yang menjadi ikon kota terbesar ke 3 ini, Masjid Raya Medan kurang terurus. Daya tarik yang masih tersisa adalah ornamen-ornamen asli yang khas. Untungnya saat foto-foto di sana, ketidakrapian itu tidak terlihat.
Cerita lengkap baca di Masjid Raya Al Mashoen Medan.
Cerita lengkap baca di Masjid Raya Al Mashoen Medan.
Ucok Durian.
Terdorong oleh rasa penasaran tentang nama besar Ucok Durian, saya, suami dan anak-anak pun ke sana. Lokasinya di jalan KH Wahid Hasyim, Medan. Setumpuk durian langsung menyapa. Saya pesan ke si abang-abang. Dia mempersilakan kami duduk dulu. Semenit kemudian sebuah durian telah dibelah merekah disajikan. Eh, kok nggak ditanya-tanya dulu mau berapa? Rupanya modelnya langsung main tembak aja, diantarkan sebiji durian. Setelah kami cicipi dan cocok, si abang pergi. Kami makan satu buah saja sudah kenyang. Pasalnya yang makan hanya saya dan suami, anak-anak nggak mau.
Satu durian hanya Rp. 35.000 ribu. Bisa juga lho beli dalam bentuk durian kupas, dikemas dengan wadah kedap udara dan dilakban tebal. Jadi bisa dibawa ke dalam pesawat terbang. Satu kardus segede kardus air mineral berisi penuh durian kupas harganya sekitar Rp. 1.000.000,- Terhitung murah untuk kualitas durian yang memuaskan.
Merdeka Walk.
Tahun lalu, suami reuni dengan teman-teman SMAnya. Venue yang dipilih adalah Merdeka Walk. Sebuah kawasan semacam alun-alun yang disekelilingnya banyak restoran.
Sepertinya tahun-tahun ke depan bakal lebaran di Medan terus. Menjadi “PR” kami untuk tahun depan untuk lebih baik lagi. Pengen mencoba destinasi lainnya. Tantangannya tentu lebih besar, yaitu kenaikan harga-harga otomatis akan berimbas pada kenaikan budget. Berpegang pengalaman dari tahun sebelumnya, saya merencanakan lebaran untuk 1-3 tahun ke depan. Itu artinya perencanaan baik pemilihan waktu, kegiatan dan budget harus lebih baik lagi. Saya yakin, segala sesuatu yang telah direncanakan jauh hari sebelumnya, hasilnya akan lebih baik. Karena rencana adalah bagian dari bentuk usaha, dan di sana terselip doa-doa. Semoga Allah mengabulkannya. Aamiin.
Keliling kota
Beli oleh-oleh